7CAHAYA- Pada Suatu malam itu, saya hendak beranjak menuju tempat tidur. Selain
lelah, mata juga sudah mengantuk. Malam juga makin larut. Meski masih ada yang
harus dikerjakan, saya memilih berhenti dan berniat melanjutkannya esok hari.
Agar stamina lebih bugar.
Saat hendak mengisi ulang baterai ponsel, ada pesan
yang masuk. Dari seorang kawan, pelanggan buku, sekaligus mentor bisnis yang
galak. Laki-laki ini berasal dari sebuah daerah di Jawa Timur.
“Gan, saya mau cerita sebentar.” pesannya.
Saya menjawab santai, “Yo, cerito wae.” (Ya, silakan
cerita saja)
Pagi itu, ia hanya memiliki uang dua ratus lima puluh
ribu. Menjadi hal yang biasa, mereka yang usahanya maju memang memilih hidup
sederhana. Uangnya berputar, asetnya dalam bentuk barang, piutangnya
dimana-mana.
Apalagi di akhir bulan, banyak piutang yang belum
dibayar. Hingga uang tunai pun benar-benar terbatas. Disiapkan sesuai
kebutuhan.
“Pas uang tinggal segitu, ada investor yang
menghubungi. Dia minta dana investasinya. Mendadak karena ada keperluan.”
lanjutnya. Saya menyimak santai.
“Ngobrol lama, tidak bisa negosiasi. Dia minta 14
juta. Harus hari itu. Tidak bisa menawar.”
Di tengah kebingungan yang dialami, ia memiliki
kebiasaan yang terbilang langka bagi manusia masa kini. Ia yang bersemangat
mempelajari Islam ini langsung teringat dengan hadits tentang tiga orang yang
terjebak di dalam gua.
Tiga orang itu memohon kepada Allah Ta’ala dengan
menyebutkan amalan-amalan unggulan yang pernah dilakukan. Ini mafhum disebut
sebagai washilah. Setelah mereka menyebutkan amalan unggulan masing-masing,
pintu gua benar-benar terbuka. Mereka bisa keluar dengan selamat.
“Ya Allah,” doa si laki-laki sembari tersungkur, “jika
memang infaq 170 ribu untuk masjid kemarin itu ikhlas karena-Mu, mohon
angkatlah beban ini.”
laki-laki itu pun mengambil air wudhu. Shalat.
Bertepatan dengan waktu Dhuha.
Saya masih setia mendengarkan kisahnya, hingga ia
menuturkan, “Sekitar jam 10 lebih 15 menit, ada saudara yang menelepon. Dia
akan memberikan investasi sebesar 18 juta. Tunai. Diantarkan saat itu juga.”
***
Saya takjub membaca kisah yang dituturkan oleh
laki-laki ini. Sungguh, kisah-kisah nyata jenis ini amat banyak. Kita hanya
perlu meluruskan niat, agar kembalian infaq-infaq kita di dunia juga berujung
pada pahala di akhirat.
Sebab jika niat beramal hanya untuk perkara dunia,
maka tiada bagian baginya di akhirat kelak. Dan siapa yang beramal untuk
akhirat, maka Allah Ta’ala akan memberikan baginya dunia sebagai bonusnya.
Namun, ada pula yang tidak mendapatkan bagian dunia.
Sebab semua pahalanya diganti dengan yang lebih baik atau sudah ditunggu oleh
surga di akhirat yang abadi.
Wallahu a’lam
Sumber: kisahhikmah.com

0 komentar:
Posting Komentar