Tujuh Cahaya- Sahabat
Cahaya, , AL-QURAN merupakan pedoman hidup manusia, termasuk
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Al-Quran pun banyak ayat-ayat yang
mengungkapkan sebuah penemuan baru maupun penyempurnaan atau koreksi terhadap
teori-teori yang sudah ada.
Selama
ini, kita belajar bahwa air hujan berasal dari air laut yang menguap, berkumpul
menjadi awan hujan, lalu airnya turun kebumi. Hal ini dijelaskan dalam Surat
An-Nuur.
“Tidaklah
kamu melihat bahwa Allah mengerakan awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya. Dan Allah menurunkan dari langit,
gunung-gunung berisi butiran-butiran es yang dijatuhkan kepada siapa pun yang
dikehendaki-Nya, dan dipalingkan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya,” (Q.S.
An-Nuur: 43).
Turun
hujan, fenomena yang dijelaskan di atas sudah dikenal seluruh umat manusia dan
bukan sesuatu yang luar biasa. Akan tetapi, satu hal yang belum diketahui
kebanyakan manusia adalah kelanjutan ayat tersebut, yang bercerita tentang
komet-komet salju. Tetapi anehnya, bukan berasal dari awan, melainkan dari
langit atau ruang angkasa.
Ayat-ayat
senada dapat dijumpai pula pada surah al-Baqarah: 22 yang mengatakan bahwa
Allah menurunkan air dari langit dan bukan dari awan. Juga pada surah Ibrahim:
32 serta an-Nahl: 10 dan 65. Marilah kita simak lanjutan dari Surat An-nuur
(24) ayat 43 di atas, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari gumpalan- gumpalan awan laksana gunung-gunung, maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
Nah,
kalimat tadi semakin ganjil. Selain menurunkan hujan dari awan, Allah juga
menurunkan es sebesar gunung dari langit. Misteri ini tersimpan ratusan tahun.
Para ahli tafsir-pun bingung menafsirkannya. Ayat ini dengan jelas menerangkan
bahwa Allah menurunkan gunung-gunung berisi bola-bola es atau komet-komet salju
dari langit ke bumi.
Sampai
tahun 1986 fenomena tersebut belum diketahui manusia. Barulah pada tahun 1988
kebenaran ayat itu mendapat konfirmasi dari ilmu pengetahuan, atau dalam bahasa
yang lebih tepat, ilmu pengetahuan baru menemukan kebenaran ilmiah yang sudah
lama diungkapkan oleh Al Quran.
Dr.
Louis Frank, seorang ahli fisika dari Universitas Iowa USA, mempelajari data
yang dikumpulkan oleh satelit Dynamic Explorer 1 sejak tahun 1981 hingga 1986.
Satelit tersebut merekam gambar-gambar ultraviolet, terutama untuk mempelajari
lapisan udara yang mengitari bumi. Dari gambar-gambar ini Dr. Louis Frank
menemukan lubang-lubang yang menembus atmosfer. Hingga saat itu belum ada yang
bisa menerangkan, lubang-lubang apa itu sebenarnya. Ia memilah-milah sejumlah
penjelasan dari berbagai pakar setelah menganalisisnya, ia menyimpulkan bahwa
lubang-lubang itu hanya mungkin terbuat oleh bola-bola es atau komet-komet
salju yang datang dari ruang angkasa (langit).
Ia
memperkirakan, tiap komet beratnya sekitar 100 ton, terbungkus oleh lapisan
hidrokarbon berwarna hitam. Komet-komet itu berjatuhan ke bumi kurang-lebih 100
juta banyaknya tiap tahun, atau 19 butir tiap menit. Ukurannya kira-kira 30
kaki (20 meter). Menurut Dr. Clayen Yeates, ahli fisika pada Laboratorium
Tenaga Dorong Jet di Pasadena, komet-komet tersebut berkecepatan 10 km per
detik sejajar dengan kecepatan bumi, dan berada 1000 km di atas bumi. Bola-bola
batu atau komet-komet salju itu lalu berpencaran menjadi butiran-butiran kecil
dan menguap di atmosfer. Akhirnya uap ini akan berjatuhan sebagai hujan dan
menyatu dengan sistem perputaran air di bumi.
salju
Dalam
perhitungan Dr. Louis Frank, tiap 10.000 tahun komet-komet itu dapat mengisi
satu Inci atau 2,5 cm dari seluruh persediaan air yang terdapat di bumi. Maka
bumi ini terbentuk 4,9 miliar tahun yang lalu, dan kejadian tersebut sudah
berlangsung sejak awal terbentuknya bumi, proses turunnya komet-komet itu
memang dapat memenuhi kebutuhan air untuk mengisi semua lautan dan
bongkahan-bongkahan salju dl kutub.
Dengan
menggunakan teleskop yang dapat menangkap seisi ruang angkasa di Observatorium
Kitt Peak, Arizona, Dr. Yeates meneropong ke langit dan melihat bola-bola es
itu berada pada jarak 150.000 km di atas bumi. Ia berhasil memotret bola-bola
es atau komet-komet salju itu kian mendekati
bumi. Seraya mendecak takjub la berkata kepada Prof. Ibrahini B. Sayed,
“Sungguh mengherankan. Hasil-hasil penyelidikan ini sesuai betul dengan
ramalan-ramalan Al-qur’an.”
Kata
Ir. H. Bambang Pranggono, MBA, IAI dalam bukunya Mukjizat Sains Al Quran, 2008:
“Setelah ditemukan bukti-bukti di atas, apa lagi yang masih menghalangi kita
untuk mematuhi semua perintah Allah yang tertuang dalam Al Quran?
Bahkan
Ibrahim B. Sayed, seorang ahli fisika dan profesor obat-obatan nuklir dari
Universitas Louisville, Amerika, mengatakan, “Telah terbukti dalam sejarah,
Islam tidak pernah berselisih dengan sains, dan Al-Qur’an tidak berkontradiksi
atau berlawanan dengan penemuan-penemuan sains modern. Sejalan dengan itu para
Pakar Barat memuji ilmuwan-ilmuwan Muslim yang telah menguasai Ilmu pengetahuan
jauh lebih dulu dari mereka. Bahkan 1400 tahun sesudahnya, sains modern mulai menerangi
kebenaran wahyu-wahyu Al-Qur’an dan menguatkan keabsahannya.”
Sumber
»
Ilmuwan Berhasil Mengungkap Misteri Hujan Gerimis, Hujan Batu, Salju Dalam
Al-Quran
0 komentar:
Posting Komentar